Kamis, 26 Februari 2015

Jogja Kapitalis, Jogja Macet, Jogja Asat



3J

Kota Yogyakarta yang dulunya dikenal sebagai kota pendidikan, kota budaya, dan kota nyaman, sekarang sudah berubah menjadi kota kapitalis, kota macet, dan kota asat. Semua masalah itu terjadi diakibatkan oleh genjarnya pembangunan hotel dan mall-mall mega yang dibangun di setiap sudut kota Jogja. Pembangunan hotel dan mall-mall tersebut berdampak negative pada masyarakat Jogja sendiri. Mengapa dikatakan demikian? Munculnya hotel dan mall tersebut, membuat masyarakat Jogja kesulitan mendapatkan air. Air dangkal yang terdapat di dalam tanah, biasanya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk megayiri sawah dan sebagainya, kini telah habis. Hal itu diakibatkan oleh pembangunan hotel dan mall-mall tersebut.  Mereka menggambil air yang biasanya  di gunakan oleh warga sekitar, sehingga  warga sangat kesulitan dalam mencari air.
Jogja yang dulu, sudah beda dengan Jogja yang sekarang. Pada zaman dulu, masyarakat lebih senang memakai sepeda dibandikan dengan motor, inisiatif masyarakat dulu dalam hal memakai sepeda, bukan hanya dalam rangka mengurangi polusi, tapi juga dalam usaha menciptakan kota Jogja yang jauh dari kemacetan. Sekarang masyarakat Jogja mulai melupakan sepeda, dan berali menggunakan motor dan mobil, hal itu juga dipengaruhi oleh perkembang globalisasi yang sangat cepat. Kita lihat bersama-sama, Jogja sekarang menjadi kota yang tergolong macet, disetiap sudut jalan nampak antrian motor dan mobil yang begitu panjang. Hal itu juga dipengaruhi oleh, adanya parkiran mobil dan motor yang memenuhi badan jalan, sehingga membuat jalanan semakin sempit.
Pemerintah Jogja harus tegas dalam melihat masalah ini. Kota Jogja adalah kota pelajar, hal itu mengakibatkan terjadi penambahan penduduk setiap tahunnya, khususnya mahasiswa yang datang dari luar pulau jawa untuk melanjutkan studinya. Jalan Jogja semakin kecil, dan kendaraan dijogja terus bertambah setiap tahunnya. Pemprov Jogja harus mempunyai inisiatif dalam menangani masalah ini. Hal yang saya takutkan ialah, 10-20 tahun kedepan, Jogjakarata dapat menyaingi Jakarta dalam hal kemacetan.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemprov DIY harus memperbanyak angkutan-angkutan umum, pengadaan kendaraan baru untuk menggantikan kendaraan-kendaraan yang telah rusak dan tidak layak dipakai. Kita lihat bersama-sama, Keadaan Trans Jogja (TJ) yang sangat memprihatinkan, TJ yang seharusnya tidak layak beroperasi nasih di izinkan beroperasi. Hal itu membuat minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umu seperti TJ, menjadi berkurang. Kondisi TJ yang sudah rusak membuat masyarakat berpikir dua kali untuk menggunakan transportasi umum tersebut.

Senin, 23 Februari 2015

Kapten Pendidikan



K.P

Kita sebagai seorang pendidik, seharusnya menjadi contoh dan teladan yang baik dalam ruang lingkup masyarakat sekitar. Cara berbicara dan tingkah-laku kita, akan mencerminkan kepribadiaan kita dalam   bertindak sehari-hari. "Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan". Itu adalah salah satu lirik yang tercantum dalam bait Hymne Guru. Guru di ibaratkan sebagai sebuah pelita di dalam kegelapan, dimana kita sebagai seorang guru selalu hadir untuk menuntun para siswa-siswi menuju sebuah terang. "Laksana embun penyejuk dalam kehausan", para guru selalu hadir untuk memberikan dukungan dan dorongan kepada siswa-siswi, selalu membagikan ilmu yang dia ketahui guna meghilangkan kehausan siswa-siswi tentang ilmu pendidikan.
Bagi kebanyakan orang, menjadi guru adalah sesuatu yang kurang menarik. Hal itu mungkin dipengaruhi oleh minimnya pendapatan seorang guru dalam hal keuangan atau yang lainnya. Kebanyakan orang cenderung mencari pekerjaan yang dapat mendatangkan uang dengan cepat. Tapi, perlu diingat juga, tanpa seorang guru, kita ibarat sebuah kayu yang tidak ada artinya.
            Menjadi seorang guru merupakan sesuatu hal  yang sangat sulit. Dimana, untuk menjadi seorang guru diperlukan integiritas dan militansi yang sangat tinggi dalam diri orang tersebut. Kebanyakan orang mengatakan, menjadi guru adalah sesuatu hal yang mudah. Memang betul, tapi seandainya kamu menjadi seorang guru yang ditugaska ke tempat yang terpencil, apakah kamu bersedia? Kayanya sangat sulit untuk kamu menerimanya. Seorang guru harus bersedia ditempatkan dimana saja, tanpa melihat kondisi wilayah dan sistem ekonomi di daerah tersebut.