3J
Kota
Yogyakarta yang dulunya dikenal sebagai kota pendidikan, kota budaya, dan kota
nyaman, sekarang sudah berubah menjadi kota kapitalis, kota macet, dan kota
asat. Semua masalah itu terjadi diakibatkan oleh genjarnya pembangunan hotel
dan mall-mall mega yang dibangun di setiap sudut kota Jogja. Pembangunan hotel
dan mall-mall tersebut berdampak negative pada masyarakat Jogja sendiri.
Mengapa dikatakan demikian? Munculnya hotel dan mall tersebut, membuat
masyarakat Jogja kesulitan mendapatkan air. Air dangkal yang terdapat di dalam
tanah, biasanya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk megayiri sawah dan
sebagainya, kini telah habis. Hal itu diakibatkan oleh pembangunan hotel dan
mall-mall tersebut. Mereka menggambil
air yang biasanya di gunakan oleh warga
sekitar, sehingga warga sangat kesulitan
dalam mencari air.
Jogja
yang dulu, sudah beda dengan Jogja yang sekarang. Pada zaman dulu, masyarakat
lebih senang memakai sepeda dibandikan dengan motor, inisiatif masyarakat dulu
dalam hal memakai sepeda, bukan hanya dalam rangka mengurangi polusi, tapi juga
dalam usaha menciptakan kota Jogja yang jauh dari kemacetan. Sekarang
masyarakat Jogja mulai melupakan sepeda, dan berali menggunakan motor dan
mobil, hal itu juga dipengaruhi oleh perkembang globalisasi yang sangat cepat.
Kita lihat bersama-sama, Jogja sekarang menjadi kota yang tergolong macet,
disetiap sudut jalan nampak antrian motor dan mobil yang begitu panjang. Hal
itu juga dipengaruhi oleh, adanya parkiran mobil dan motor yang memenuhi badan
jalan, sehingga membuat jalanan semakin sempit.
Pemerintah
Jogja harus tegas dalam melihat masalah ini. Kota Jogja adalah kota pelajar,
hal itu mengakibatkan terjadi penambahan penduduk setiap tahunnya, khususnya
mahasiswa yang datang dari luar pulau jawa untuk melanjutkan studinya. Jalan
Jogja semakin kecil, dan kendaraan dijogja terus bertambah setiap tahunnya.
Pemprov Jogja harus mempunyai inisiatif dalam menangani masalah ini. Hal yang
saya takutkan ialah, 10-20 tahun kedepan, Jogjakarata dapat menyaingi Jakarta
dalam hal kemacetan.
Untuk
mengatasi masalah ini, Pemprov DIY harus memperbanyak angkutan-angkutan umum,
pengadaan kendaraan baru untuk menggantikan kendaraan-kendaraan yang telah
rusak dan tidak layak dipakai. Kita lihat bersama-sama, Keadaan Trans Jogja (TJ)
yang sangat memprihatinkan, TJ yang seharusnya tidak layak beroperasi nasih di izinkan
beroperasi. Hal itu membuat minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umu
seperti TJ, menjadi berkurang. Kondisi TJ yang sudah rusak membuat masyarakat
berpikir dua kali untuk menggunakan transportasi umum tersebut.